
Sabar Berbuah Syukur
فَإِن مَعَ العُسرِ يُسرًا . إِن مَعَ العُسرِ يُسرًا
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada suatu kemudahan”
Bisa dipastikan tak ada manusia yang lepas dari musibah dan kesulitan. Begitupun senang dan bahagia, semuanya silih berganti dalam kehidupan anak Adam. Memang, sejatinya ujian dan cobaan yang terjadi adalah untuk menguji dan mengetahui kualitas keimanan manusia.
Kalau kita membaca surat Al-Insyirah dari mulai ayat 1 sampai 6 maka akan kita dapati ternyata sebelum memastikan kemudahan dan jalan pasti menyertai cobaan dan kesulitan, Allah ta’ala mengingatkan limpahan nikmat dan karunia kepada Rasulullah berupa kelapangan dada, ringannya beban, dan kedudukan tinggi. Ini mengisyaratkan, kelapangan jauh lebih dominan dibanding kesulitan manusia. Karena itu, Allah memastikan bahwa kelapangan dan kemudahan bersama dan berjalan seiring dengan kesulitan. Manusia tak akan lama dicoba dan diuji Allah.
Di dalam satu ayat Allah ta’ala berkalam,
“…Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (At-Thalaq : 7)
KESABARAN ADALAH SOLUSI
Banyak orang memahami bahwa kemudahan itu selalu identik dengan diangkatnya problem hidup yang menimpa. Sehingga ketika problem hidup itu benar-benar datang dia merasa menjadi orang yang paling menderita di seluruh kolong langit dan hilang pula keyakinannya bahwa Allah ta’ala telah berfirman ‘inna ma’al ‘usri yusron’, sesungguhnya beserta kesulitan pasti ada kemudahan.
Padalah jika kita cermati ayat ini (inna ma’al ‘usri yusron), ada sebuah pesan penting yang Allah sampaikan bagi umat manusia. Syaikh ‘Utsaimin dalam kitabnya Tafsir Juz ‘Amma mengatakan mengenai ayat ini, bahwa ada kalanya kemudahan itu muncul dalam bentuk dzahir (fisik). Contohnya, seseorang yang tertimpa sakit sehingga ia merasa payah dan berat lantas diberikan kesembuhan oleh Allah ta’ala. Ada kalanya pula kemudahan yang Allah berikan itu dalam arti maknawiy (psikis). Misalnya, pertolongan Allah ta’ala berupa kesabaran yang diberikan kepada manusia. Apabila Allah ta’ala menolong hambanya dengan memberikan kesabaran maka kesulitan akan menjadi mudah baginya. Sehingga sebuah urusan yang berat yang kalaulah menimpa gunung niscaya akan menghancurkannya itu akan menjadi urusan yang mudah bagi hamba tersebut.
DARI SABAR BERBUAH SYUKUR
Ingatkah kita dengan musibah yang pernah menimpa seorang ulama’ tabi’in bernama Al-‘Urwah bin Zubair. Dua musibah besar secara beruntun menimpanya dalam sehari. Sebelah kakinya harus diamputasi karena virus yang mematikan, dan seorang anaknya meninggal karena ditendang seekor kuda saat bermain-main didekatnya. Di saat kesulitan hidup menimpanya ternyata tak sedikitpun beliau mengeluh. Justru sebaliknya beliau mengatakan, “jangan kalian risaukan apa yang kalian lihat. Allah ta’ala memberikan empat orang anak dan Dia berkehendak mengambil satu. Maka masih tersisa tiga, puji syukur bagi-Nya. Aku dikaruniai empat kekuatan (dua tangan dan dua kaki), lalu hanya diambil satu, maka masih tersisa tiga, puji syukur bagi-Nya. Dia mengambil sedikit dariku dan masih banyak yang ditinggalkan-Nya untukku. Bila Dia mengujiku sakit sekali, kesehatan yang Dia karuniakan masih lebih banyak dan lebih lama dari itu.”
Subhanallah, sungguh luar biasa kebesaran hati dan kesabaran yang beliau miliki. Dan begitulah seharusnya keyakinan yang dimiliki setiap muslim dalam menghadapi ujian dan problem hidup. Yakin bahwa setiap persoalan hidup adalah bentuk ujian dari Alla ta’ala untuk mengetahui kualitas iman seseorang, sehingga dengannya muncul kesabaran dan ketenangan hidup serta tidak mudah bersuudzon kepada Allah ta’ala atas takdir yang menimpa. Dan yakin bahwa setiap ujian yang datang selalu ada solusi membersamainya, bahkan dalam jumlah ganda. Bukankah Allah tidak membebani kepada manusia melainkan sesuai kadar kemampuannya. Ayat la yukallifullahu nafsan illa wus’aha cukup menjadi dalil bahwa setiap manusia telah Allah beri kemampuan mengangkat segala beban hidup yang dipikulnya.
Menarik apa yang dituturkan sang menantu Rasulullah ﷺ, Ali bin Abi Thalib ra, “Amal paling utama bagi orang yang sedang menghadapi cobaan adalah menunggu solusi yang diberikan Allah, dan bersabar dengan kadar cobaan itu.”
Dari sini kita berkesimpulan bahwa kesabaran adalah pintu bagi setiap solusi bahkan menjadi solusi itu sendiri. Siapa sabar, ia akan diberi kekuatan. Buah dari kesabaran adalah kemenangan. Di saat cobaan sangat dahsyat, kesabaran memberikan kenyamanan. Bahkan bukan tidak mungkin ketika beban hidup begitu berat datang namun mampu dihadapi dengan sabar dan yakin, semuanya akan terasa sangat ringan dan bahkan tak mustahil memunculkan rasa syukur dari dalam hati. Karena bisa jadi ujian yang datang adalah sebagai bentuk penghapusan dosa dan peringatan Allah kepada hamba-Nya dari setiap kemaksiatan yang pernah dilakukan sehingga hamba tersebut tidak berterusan dalam kubang kemaksiatan. Bisa jadi pula, ujian adalah cara Allah ta’ala untuk mengangkat derajat hamba di sisi-Nya. Wallohua’lam bisshowab. (abidihsanudin/darululumbogor.com)